“Berislam tanpa alasan”, inilah kalimat yang tepat untuk diungkapkan ketika melihat suatu kemurtadan. Melihat dari kenyataan yang telah terjadi sekarang ini, ternyata banyak sekali orang Islam yang murtad, baik dari kalangan awam hingga kalangan intelektual. Mengapa bisa terjadi demikian? Hal ini berkaitan dengan konsep keimanan yang akan saya jelaskan.
Konsep Keimanan
Pada dasarnya orang murtad adalah mereka yang dulunya beriman / masuk Islam dengan Alasan . kemurtadannya disebabkan oleh beberapa keadaan:
- Saya berislam karena saya lahir dari keluarga muslim,
- Saya berislam karena saya menikah dengan orang Islam,
- Saya berislam karena orang yang membiayai saya kuliah adalah orang islam.
Bantahan dari hal tersebut yaitu :
- Saya tidak berislam karena saya lahir dari keluarga Kristen,
- Saya murtad karena suami saya sudah meninggal dan sekarang saya menikah dengan orang Kristen,
- Saya murtad karena yang membiayai saya sudah meninggal dunia.
Dari ketiga konsep diatas dapat diisyaratkan, ketika banyak orang-orang pintar, bahkan sampai tingkatan intelektual, mudah sekali murtad dari agama Islam, dikarenakan mereka berislam dengan ‘alasan’ sebagaimana yang telah saya paparkan sebelumnya.
Intisari ayat
Mari kita pahami ayat 208 dalam surah Al- baqarah yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman agar berislam secara kaffah (sempurna) dalam artian, kita berislam harus dengan ilmu pengetahuan sehingga tidak ada lagi alasan yang dapat mengarahkan kita kepada pemurtadan. Kita ketahui bahwasannya, tidak ada kitab yang bisa menyerupai Al-Qur’an sama sekali. Buktinya sudah sangat jelas, bahkan Allah Swt menantang makhluknya dari golongan jin dan manusia untuk membuat semisal al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Huud:13 yang berbunyi:
Intisari ayat
اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Yang artinya : Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur’an itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
Kembali pada surat al-Baqarah ayat 208 pada kalimat berikut, وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ (janganlah mengikuti keinginan setan) keinginan setan pada ayat tersebut adalah ‘alasan’, setan mengajarkan kita beralasan untuk meninggalkan suatu kebaikan dan hidayah dari Allah Swt.
Apa Itu Hidayah?
Lahir dari keluarga Muslim merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi kita, lahir sebagai seorang muslim bagian dari anugerah/rahmat paling indah, apalagi dari orang tua memang yang pada dasarnya sudah kuat keislamannya, dan semua ini tidak terlepas dari yang namanya Hidayah.
Dalam kamus bahasa Inggris, hidayah diartikan dengan guidance, dalam bahasa Arab Hidayah adalah bimbingan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan dalam pandangan umum masyarakat Islam hidayah lebih dikhususkan sebagai petunjuk dari yang maha pemberi petunjuk (al-Hadi) yang tidak lain adalah Allah SWT
Apa Itu Kafir?
Perlu kita ketahui terlebih dahulu makna Kafir sebelum kata hidayah supaya jelas maksudnya. Kafir sendiri dalam bahasa Arab adalah كفر yang artinya adalah menutupi atau tertutup, sebenarnya kata Kafir ini adalah kata paling lembut yang disampaikan oleh Al-Qur’an terhadap orang Non-Muslim yaitu orang yang tertutup /orang yang menutupi dirinya dari datangnya Hidayah dalam artian orang kafir adalah orang yang menutupi dirinya dari kebenaran.
Sebagaimana contohnya tentang penciptaan bumi dan langit. Ada yang bertanya manakah terlebih dahulu diciptakan? Apakah Qolam (pena), apakah Arsy? ataukah Air? Terdapat sedikit perselisihan tentang penciptaan Alam semesta, namun dapat kita temui jawabannya dari Al-Quran sendiri didalam Surah Hud:7, berbunyi :
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُّبِينٌ
Yang artinya adalah :
Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.
Allah mengatakan وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ dapat diartikan bahwa Allah menjelaskan bahwa air itu diciptakan terlebih dahulu sebelum ars-Nya, kemudian baru dari air tersebut diciptakanlah makhluk, dan sebagainya. Sebagian ulama berpendapat bahwasannya qolam terlebih dahulu, sebelum segala sesuatu qolam-lah yang menuliskan taqdir awal dan akhir, wallahu’alam.
Pembahasan ayat
Yang ingin saya tunjukkan disini adalah letak Hidayah tersebut, ketika kita mencari suatu kebenaran, misalkan seperti penciptaan Alam Semesta tadi, maka disitulah Allah Swt akan memunculkan Hidayah-Nya. Apa bukti bahwasannya Allah memberikan Hidayah-Nya kepada kita? Hati kita akan merasakan suatu Kebenaran, ada ilmu pengetahuan yang baru, yang membuat kita menjadi semakin penasaran dan terus menerus mencari Kebenaran (Hidayah) tersebut. Ada Basyiroh (kabar gembira) yang Allah berikan kepada hati hambanya yang selalu mencari kebenaran, Itulah Hidayah.
Lantas apakah hidayah itu turun kepada setiap makhluknya? Hidayah akan datang kepada kita ketika kita mencari kebenaran. Rambut kita akan tetap gondrong apabila kita tidak datang ke tukang cukur, rambut kita tidak akan dipotong apabila kita tidak meminta untuk dipotong. Seperti itu juga Hidayah, tidak akan datang apabila tidak dicari, dan tidak akan tersadarkan apabila hidayah tersebut diabaikan.
Hidayah itu tidak turun hanya sekali, melainkan berkali kali, selama kita selalu mencari kebenaran maka disitulah ada hidayah, namun terkadang juga hidayah bisa datang secara tiba tiba kepada manusia, namun semua ini tidak luput dari kehendak Allah Swt.
Lalu bagaimana dengan orang Muslim yang Murtad? Sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwasannya berislam juga diperlukan intelektualitas, karena orang Islam yang paham Islam saja tidak cukup, dan harus didasari dengan Ilmu Akidah sebagaimana kita berislam didasari dengan bukti bukan alasan, sebagaimana yang telah difirmankan Allah Swt. Bahwa sesungguhnya agama disisi Allah adalah agama Islam إن الدين عند الله الإسلام dan Allah tidak menerima Agama selain agama Islam ومن يبتغ غيرالإسلام دينا فلن يقبل منه وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ Dan harus disertakan dengan bukti- bukti I’jaz Al-qur’an.
Author_ Faiz Alauddin